Senin, 26 September 2022

Pembelajaran Sosial dan Emosional

MENGAPA pembelajaran SOSIAL-EMOSIONAL?

PENDIDIKAN BUDI PEKERTI (Ki Hajar Dewantara)

Pembelajaran budi pekerti adalah pembelajaran jiwa manusia secara holistik.

• Budi Pekerti/Watak/Karakter: Hasil dari pembelajaran budi pekerti adalah bersatunya budi (gerak pikiran-rasa, kemauan) sehingga menimbulkan pekerti (tenaga-olah raga-karya).

• Kebersihan budi adalah bersatunya cipta, rasa, dan karsa yang terwujud dalam tajamnya pikiran, halusnya rasa, kuatnya kemauan yang membawa pada kebijaksanaan.



A. APA ITU PEMBELAJARAN SOSIAL-EMOSIONAL?

Pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah yang memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.


TUJUAN PEMBELAJARAN SOSIAL-EMOSIONAL

Kesadaran diri: Memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi
Manajemen diri:  Menetapkan dan mencapai tujuan positif
Kesadaran sosial: Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain
Keterampilan berelasi: Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif
Membuat keputusan yang bertanggung jawab


5 KOMPETENSI SOSIAL-EMOSIONAL

B. APA HUBUNGAN 5 KSE DENGAN PROFIL PELAJAR PANCASILA

• Ketika seorang murid berusaha menemukan alternatif solusi demi memecahkan masalah atau mencapai tujuan secara mandiri, ia memerlukan kemampuan bernalar kritis dan kreatif dalam melihat permasalahan atau tujuan tersebut.

• Murid pun menerapkan kesadaran diri, manajemen diri, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

• Selanjutnya, ide yang dihasilkannya pun perlu lebih dulu mempertimbangkan iman dan akhlak beragama, akhlak kepada sesama, akhlak kepada alam, dan akhlak bernegara.

• Dalam situasi tersebut, ia telah menerapkan kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

• Pada saat ia harus mewujudkan idenya itu, maka ia pun perlu melibatkan orang lain dengan tetap menghargai keragaman latar belakang yang dimiliki oleh mereka yang terlibat (gotong royong dan berkebinekaan global).

• Pada tahap ini, murid menerapkan KSE: kesadaran sosial dan keterampilan berelasi.




C. Mindfulness (kesadaran penuh)

MERUPAKAN FONDASI DALAM MENGEMBANGKAN 5 KSE

Kesadaran penuh dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu, dan welas asih (Kabat-Zinn dalam Hawkins, 2017).

Secara saintifik, latihan berkesadaran penuh yang konsisten dapat memperkuat hubungan sel-sel saraf (neuron) otak yang berhubungan dengan fokus, konsentrasi, dan kesadaran → tetap sehat (Hawn Foundation, 2011)



Mindfulness
(kesadaran penuh) dapat dilatih dan ditumbuhkan melalui berbagai kegiatan sehari-hari maupun pembelajaran yang dilakukan secara mindful (ada koneksi antara tubuh/indera, perasaan, pikiran dan lingkungan).



😀Beberapa LATIHAN MINDFULNESS yang Dapat Dilakukan😀

WELL-BEING
Sebuah kondisi dimana individu
• memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain,
• dapat membuat keputusan, dan mengatur tingkah lakunya sendiri,
• dapat memenuhi kebutuhan dirinya, dengan menciptakan mengelola lingkungan yang baik,
• memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna,
• berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

Dengan well-being yang optimum seseorang memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk:
• mencapai prestasi akademik yang lebih tinggi,
• kesehatan fisik dan mental yang lebih baik,
• memiliki ketangguhan (daya lenting/resiliensi) dalam menghadapi stress,
• terlibat dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab.


D. CARA IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL (5 KSE)

1. Menguatkan 5 KSE pendidik dan tenaga kependidikan
2. Mengajarkan 5 KSE secara spesifik dan eksplisit
3. Mengintegrasikan 5 KSE dalam praktik mengajar (interaksi guru dan murid) serta kurikulum akademik
4. Menciptakan iklim kelas, budaya dan kebijakan sekolah

Penguatan Kompetensi Sosial dan Emosional Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) di Sekolah


Menjadi Teladan (memodelkan): mendukung pendidik dan tenaga kependidikan dalam memodelkan kompetensi dan pola pikir di seluruh komunitas sekolah dengan murid, keluarga murid, mitra komunitas, dan satu sama lain.
Belajar: pendidik dan tenaga kependidikan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional pribadi dan mengembangkan kapasitas untuk mengimplementasikan kompetensi sosial dan emosional.
Berkolaborasi: menciptakan struktur berbentuk komunitas pembelajaran profesional atau pendampingan sejawat bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk berkolaborasi tentang cara mengasah strategi untuk mempromosikan KSE di seluruh sekolah

Mengintegrasikan 5 KSE dalam Praktik Mengajar 


MENCIPTAKAN IKLIM KELAS DAN BUDAYA SEKOLAH
• Membangun keterhubungan/koneksi yang menciptakan perasaan aman dan nyaman
• menciptakan lingkungan kelas yang dapat merangkul keberagaman  dan melibatkan murid 
• mewujudkan keyakinan kelas dan peraturan sekolah yang mencerminkan visi-misi sekolah, nilai-nilai kebajikan dan keberpihakan pada murid



Tidak ada komentar:

Posting Komentar